Minggu, 18 Januari 2015

SAAT AKAN MENINGGAL

Saat kematian menghampiri Hasan bin Ali, dia meminta, “keluarkan tempat tidurku ke ruang tengah”. Sesudah dikeluarkan, Hasan bin Ali bermunajat, “Ya Allah, aku mengharapkan pahala dariMu karena penderitaanku saat ini sebab aku belum pernah merasakan yang serupa denganya”

Menjelang meninggal, Muadz bin Jabal bertanya, “apakah hari sudah pagi?”. Salah seorang yang menungguinya menjawab, “belum”. Beberapa saat kemudian, Muadz diberitahu bahwa hari telah pagi. Maka Muadz berseru, “Aku berlindung pada Allah dari suatu malam yang paginya adalah pergi ke neraka”. Kemudian Muadz melanjutkan, “selamat datang aku ucapkan untuk kematian yang berkunjung sesudah menghilang. Selamat datang aku ucapkan buat kekasih yang datang pada saat aku miskin. Ya Allah, sebelum ini aku takut padaMu tapi sekarang aku mengharapkanMu. Ya Allah, engkau mengetahui bahwa cintaku pada dunia dan umur panjang bukan untuk menggali sungai atau menanam tumbuhan tapi  untuk berpuasa lebih lama di hari-hari yang sangat panas, untuk beribadah di waktu malam pada musim dingin, untuk berjuang saat–saat yang berat serta untuk berkumpul dengan ulama di majlis-majlis ilmu”.

Abu Muslim menuturkan, “Aku bertandang ke rumah Abu Darda saat ia meregang nyawa dan mengatakan, ‘mengapa seseorangtidak beramal untuk kematian seperti ini? mengapa seseorangtidak beramal untuk hari seperti ini? mengapa seseorangtidak beramal untuk saat seperti ini?’. Kemudian Abu Darda menghembuskan napasnya yang terakhir. “

Salman Al-Farizi menangis saat hendak meninggal. Maka, seseorang menanyainya, “apa yang membuatmu menangis?”. Salman menjawab,”Rasulullah SAW berpesan pada kami agar bekal kami hanya seperti bekal penunggang binatang. Tapi ternyata, di sekelilingku ada bekal-bekal ini. Seseorang memberitahukan padahal ketika itu di sekelilingnya hanyalah sebuah bejana tempat mencuci pakaian, sebuah mangkuk dan sebuah wadah untuk tempat bersuci. 

Al-Muzani menuturkan, “aku membesuk imam Syafi’i ketika ia sedang sakit yang menyebabkan kematiannya”. Al-Muzani menanyainya, “bagaimana keadaanmu?”. Imam Syafi’i menjawab, “aku akan pergi dari dunia, akan meninggalkan saudara, akan bertemu amal jahatku, akan meminum dari cawan kematian, akan datang pada Allah sementara aku tidak mengetahui apakah ruhku akan ke surga sehingga aku akan mengucapkan selamat padanya atau akan ke neraka sehingga aku akan mengucapkan belasungkawa untuknya”. Kemudian, imam Syafi’i mendendangkan :
Tatkala hatiku telah keras,
     Dan jalanku telah buntu
     Aku menjadikan harapanku
     Pada ampunanMu sebagai tangga
     Aku menganggap besar dosaku
     Tapi, saat aku membandingkannya
     Dengan ampunanMu wahai Tuhanku,
     Maka ia lebih besar
     Engkau senantiasa punya ampunan untuk dosa
Engkau memberi dan mengampuni
Murni karena kedermawanan  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar