Senin, 27 April 2015

KELANGGENGAN DOA

Istilah doa merupakan kata yang sangat akrab dalam benak manusia. Di balik doa, ada harapan yang sangat diimpikan oleh alam bawah sadar. Harapan dan impian yang hanya digantungkan pada Allah semata.
Mungkin tentang kehidupan dunia, mungkin tentang kebutuhan akhirat. Tentang segala kebutuhan hidup, tentang keselamatan dari siksa kubur dan neraka.
Ketika berdoa untuk kebaikan hidup di dunia dan di akhirat, maka ia beramal dengan segala amal dunia dan akhirat yang bisa mengantarkan pda jalan keselamatan. Ia menyadari bahwa segala sesuatu meniscayakan adanya prasyarat untuk meraihnya.  
Andai ada penggolongan tingkat keseriusan dalam berdoa, manusia mungkin dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar yaitu golongan orang yang bersungguh-sungguh dalam berdoa dan kelompok orang yang lallai atas doa yang tercermin dalam pikiran, sikap dan perbuatan.
Semoga Allah SWT menggolongkan kita semua dalam kelompok orang yang bersungguh-sungguh dalam berdoa dan memberi karunia berupa kematrian khusnul khatimah. Amin ....

PILIHAN BERTEMU ALLAH

Pertemuan dengan Allah dalam arti sesungguhnya, tentu saja hanya akan terjadi kelak di yaumil akhir. Golongan pertama adalah orang yang senanng bertemu dengan Allah. Sedang golongan yang terkahir adalah orang yanbg benci bertemu dengan Allah.
        Orang yang senang bertemu dengan Allah berusaha mengikuti berbagai ketentuan Allah dengan sebaik-baiknya. Sabar dalam melalukan berbagai perintah Allah serta sabar pula dalam menghadapi berbagai goncangan hidup. Juga senantiasa bersyukur atas segala limpahan karunia Allah serta tak lupa bersyukur di kala merasakan kelapangan hidup.
        Sedang orang yang benci bertemu dengan Allah, tidak pernah takut berbuat mungkar pada Allah. Perbuatan dosa dan maksiat dianggap sebagai sesuatu yang biasa terjadi. Bahkan, bangga akan harta dan anak-anak.
Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu. Dan agar melayang nyawa mereka dalam keadaan kafir (At-Taubah : 85)
Semoga kita semua dimasukkan Allah dalam golongan orang yang senang bertemu dengan Allah dan diberi karunia berupa kematian yang khusnul khatimah. Amin....

Senin, 20 April 2015

JAMINAN REJEKI

Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rejekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rejeki padanya dan padamu. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (Al-Ankabut : 60)
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz) (Hud : 6)
Dalam kedua ayat tersebut dijelaskan bahwa jaminan rejeki itu ada sejak manusia belum diciptakan. Aliran rijeki itu mengalir dan mendatangi. Bahkan, hakikatnya mengejar orang yang memang menjadi ‘jodoh’ dari rejeki tersebut. 
Keterbatasan dan kelemahan makhluk tidak bisa menghalangi bila takdir rejeki harus terkirim padanya. Tidak peduli makhluk tersebut memiliki kelemahan dan keterbatasan dalam menjemput rejeki. Usaha tak akan bisa merubah takdir yang akan terjadi nanti.
Ikhtiar harus tetap dilakukan dalam rangka melaksanakan amanah dari Allah berupa akal sehat dan kemampuan menetukan pilihan. Saat seluruh anggota tubuhnya bergerak mengikhtiarkan sebuah kebaikan, hatinya pun turut bergerak menyaksikan keagungan, kebesaran dan kelembutan Allah terhadap pengaturan alam semesta. Betapa beruntungnya seorang hamba Allah bila Allah berkehendak mencelupkan citarasa itu dalam hatinya.
Di tengah jalan, berikhtiar secara maksimal dengan niatan sebagai wujud optimalisasi amal ibadah bisa berubah. Saat fikiran dan segala jerih dituangkan penuh untuk urusan duniawi untuk menjemput rejeki, hati berpotensi besar berbelok tujuan. Keyakinan bahwa diri hanya menjalankan yang sudah tertulis, bisa terkikis

Rabu, 15 April 2015

MANUSIA DZALIM DAN BODOH

Jika merasa tidak nyaman dengan membaca judul tulisan ini, jangan terburu antipati untuk tidak membacanya. Judul tulisan ini merupakan penegasan Allah dalam Al-Quran tentang manusia. Semoga bisa menjadi cermin bagi aetiap pribadi. Amin.....
‘Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat pada langit, bumi dan gunung-gunung. Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. Maka dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh’ (Al-Ahzab : 72)
Mari memahami gambaran dari ilustrasi berikut
Suatu saat, sesorang diberi tugas yang teramat mudah dan mennyenangkan yaitu disuruh mengampaikan uang tunai senilai Rp 2.500.000,- pada seseorang yang sudah ditentukan. Imbalannya sangat menggiurkan yaitu uang tunai pula sebesar Rp 97.500.000,- kemudian, si pemberi amanat bilang, ‘kalau amanat ini dilaksanakan, nanti akan aku tambah lagi imbalannya dengan harta yang lebih banyak sehingga hartamu berlimpah ruah’.
Ternyata, orang yang diberi tugas itu ingkar. Bukan hanya imbalan saja yang diambil, uang senilai Rp 2.500.000,- yang seharusnya diberikan pada orang lain, diambil pula. Orang tersebut pantas disandangkan predikat amat dzalim dan amat bodoh. 

MOTIVASI HIDUP MANUSIA

HANYA MATERI
Memasuki usia balita, mulai dimasukkan dalam dunia pra-sekolah. Ia mulai  dipersiapkan sejak dini untuk menjadi manusia yang siap menarungi hidup. Memasuki usia sekitar 4 tahun, ia mulai memasuki TK. Ia mulai dikenalkan dengan pengetahuan dasar seperti membaca, menulis dan berhitung.
Selepas TK, ia memasuki SD. Dua belas tahun kemudian berproses dalam pendidikan SD, SMP dan SMA. Hampir sepertiga dari umur rerata manusia sudah dilewati. Selanjutnya masuk ke jenjang perguruan tinggi.
Setelah lulus, ia mulai memasuki dunia kerja untuk mendapatkan penghasilan. Beragam pilihan tersedia. Beberapa termasuk beruntung karena berpenghasilan cukup besar.
Perhitungan pendapatan sepanjang hidupnya adalah (misal) 10 juta x 12 bulan x 40 tahun = 4,8 miliar. Tapi, jika orang tersebut diajukan pertanyaan, “apakah mau menjual bola mata senilai 4,8 miliar setelah itu buta selamanya?” jawabannya pasti tidak mau. Kalau demikian, ternyata uang 4.8 miliar tidak cukup haanya untuk membeli bola mata.
Belum lagi untuk membeli kemampuan berfikir dan merasa. Itu yang berpenghasilan tergolong besar tiap bulannya.  Lalu, bagaimana dengan orang yang hanya cukup untuk keperluan konsumsi tiap bulan????
UNTUK ALLAH
Proses perjalanan hidup yang dijalani boleh jadi sama persis dengan orang yang bermotivasi materi. Mulai dari masa balita hingga bekerja. Ia bukan hanya sekedar memperoleh materi. Yang lebih penting adalah memperoleh ridho Allah sehingga bekerja untuk dunia dan akhirat.
Di dunia bisa hidup sejahtera dan di akhirat, dengan rahmat Allah, bisa memperoleh surga. Bermodal kecil, memperoleh untung besar. Bukankah berbuat baik di dunia itu hanya sebentar????
Seumur dengan umur manusia yang memang pendek. Tetapi ia memperoleh surga yang kekal abadi denan kemewahan dan kebahagiaan yang tak pernah dilihat mata, tak pernah didengan telinga. Mari bercermin menatap diri.
Beruntung jika diri ini termasuk orang yang menapaki jalan para nabi dan rosul. Semoga kita semua bisa tetap istiqomah hingga kelak masanya Allah mencabut nyawa. Amin...
^-^

Senin, 13 April 2015

ARTRITIS PIRAI

Penyakit radang sendi ini disebabkan karena pengendapan kristal asam urat akibat kadar asam urat dalam darah lebih dari 7 mg/100 cc darah. Asam urat dapat pula menyebakan penyakit jantung koroner atau batu ginjal. Artristis parai ini lebih banyak diderita kaum lelaki dewasa hingga tua.
Gejala khasnya adalah pada waktu bangun pagi tidak bisa berjalan karena nyeri pada telapak kaki. Atau bisa juga pangkal jempol kaki bengkak dan sangat nyeri  atau cekat-cekot hebat. Padahal sebelumnya tidak ada gejala atau peristiwa apapun  yang menimpa jempol tersebut.
Yang perlu diperhatikan adalah tidak semua nyeri sendi termasuk penyakit asam urat. Perlu pemeriksaan laboratorium asam urat lebih lanjut. Sakit sendi yang lain mungkin hanya rematik biasa. 

Minggu, 08 Maret 2015

ISLAM DAN HARTA

Di surat Al-Hajj (11), Al-Quran melukiskan,
“dan di antara manusia, ada yang menyembah Allah dengan berada di tepi. Maka, jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu. Dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana (fitnah), berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah keugian yang nyata”

Ukuran iman di tepi ayat tersebut dikaitkan dengan pandangan seseorang dalam hal perolehan harta dan kesenangan duniawi. Imannya hanya akantentram jika memperoleh kebaikan di dunia dan iman akan menghilang jika mendapat keburukan di dunia. Seolah dunia ini adalah penjahat ruhani.

Seakan, jika hendak memiliki iman yang teguh, seseorang harus memilih hidup susah di dunia dan miskin. Islam tidak meletakkan dunia sebagai ukuran baik-buruknya iman dan cinta pada Allah karena iman adalah sesuatu yanng snagat berharga. Kebaikan iman tidak bisa sempurna bila dibalas dengan dunia yang remeh-temeh ini sehingga kelak Allah akan menyempurnakannya kelak di akhirat nanti.