Di surat Al-Hajj (11), Al-Quran melukiskan,
“dan di antara manusia, ada yang menyembah
Allah dengan berada di tepi. Maka, jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia
dalam keadaan itu. Dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana (fitnah), berbaliklah
ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah
keugian yang nyata”
Ukuran iman di tepi ayat tersebut dikaitkan
dengan pandangan seseorang dalam hal perolehan harta dan kesenangan duniawi. Imannya
hanya akantentram jika memperoleh kebaikan di dunia dan iman akan menghilang
jika mendapat keburukan di dunia. Seolah dunia ini adalah penjahat ruhani.
Seakan, jika hendak memiliki iman yang teguh, seseorang
harus memilih hidup susah di dunia dan miskin. Islam tidak meletakkan dunia
sebagai ukuran baik-buruknya iman dan cinta pada Allah karena iman adalah sesuatu
yanng snagat berharga. Kebaikan iman tidak bisa sempurna bila dibalas dengan
dunia yang remeh-temeh ini sehingga kelak Allah akan menyempurnakannya kelak di
akhirat nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar