Minggu, 01 Maret 2015

HAKIM BIN HIZAM

Sebelum masuk islam, Hakim bin Hizam mempertanyakan semua kebaikannya di masa jahiliyah dahulu. Apakah akan mendatangkan pahala baginya. Rasulullah SAW pun mengatakan, “Engkau masuk islam bersama kebaikan yang telah engkau lakukan (sebelumnya)”. (HR. Bukhari-Muslim)

Hakim juga pernah berkata pada Rasulullah SAW, “demi Allah, tidaklah ada (kebaikan) yang aku lakukan pada masa jahiliyah kecuali aku perbuat misalnya setelah aku masuk islam (karena Allah). Pada masa jahiliyah, ia pernah memerdekakan 100 budak. Setelah masuk islam, ia pun melakukan hal yang serupa karena Allah SWT. 

Dahulu pernah ia membawa 100 ekor onta pada musim haji. Itu pun ia lakukan pula setelah masuk islam. Pada suatu musim haji, di padang Arafah, Hakim bin Hizam membawa 100 budak, 100 onta, 100 sapi dan 100 kambing lalu berkata, “semuanya untuk Allah”.

Pada masa itu, Hakim bin Hizam merupakan pemilik sah dar sebuah bangunan bersejarah di Mekah bernama Dar An-Nadwah. Di tempat itu, biasanya para pemuka Quraisy berkumpul danberdiskusi tentang berbagai hal penting. Rencana jahat pembunuhan terhadap nabi Muhammad SAW sebelum beliau hijrah juga diputuskan di situ.

Setelah memeluk islam, Hakim bin Hizam memutuskan untuk menjual bangunan tersebut seharga 100ribu dirham. Abdullah bin Zubair berkata, “Engkau telah menjual bangunan kehormatan orang Quraisy”. 

Dengan bijak, Hakim menjawab, “Wahai putra saudaraku, kemuliaan dan kehormatan (yang semu kini) telah hilang. Tak ada kehormatan kecuali denga ketakwaan”. Selanjutnya, hasil penjualan ia infakkan di jalan Allah “Sungguh, aku akan membelikannya sebuah bangunan di surga. Aku persaksikan padamu bahwa aku menjadikannya untuk keperluan di jalan Allah”, kata Hakim melanjutkan.


Ketika Zubair bin Awwam meningggal dunia akibat terbunuh, Hakim bin Zubair menemui anaknya Zubair seraya bertanya, “Saudaraku ini (Zubair) berapa hutangnya?” Sang anak menjawab, “sejuta dirham”. Hakim bin Hizam menawarkan diri untuk menanggung setengahnya.

Setiap hari, ia mengharapkan ada orang yang berhajat padanya untuk dibantu. Bila tidak ada yang datang, ia menganggapnya sebagai sebuah musibah. Ia berkata, “Tidaklah aku berada di pagi hari sementara tidak ada orang di depan pintu rumahku kecuali aku sadar itu adalah bagian dari musibah yang aku mohon pada Allah pahala darinya”. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar