Senin, 12 Januari 2015

Anak Sholeh itu Birrul Walidain


Perintah Allah untuk birrul walidain

Berbuat baik secara umum dalam bahasa Arab disebut ihsan. Sementara bila ditujukan khusus kepada orang tua, lebih dikenal dengan istilah al-birr. Dalam segala bentuk hubungan interaktif, Islam sangatlah menganjurkan ihsan atau kebaikan. Orang tua adalah manusia yang paling berhak mendapatkan dan merasakan 'budi baik' seorang anak, dan lebih pantas diperlakukan secara baik oleh si anak, ketimbang orang lain. Allah swt. telah memberikan penghormatan yang sedemikian tinggi kedudukan orang tua kita di sisi-Nya. 
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (Q.S Al Israa', 17:23)

Dan dalam sebuah ayat lain, “Bersyukurlah engkau kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu (Q.S. Luqman: 14 ). Kalau kita perhatikan pada ayat pertama perintah beribadah kepada Allah dan perintah birrul walidain diletakkan berdampingan serangkai di dalam satu ayat.

Demikian pula dalam banyak hadits Rasulullah saw. memberikan keterangan pentingnya berbakti kepada orang tua yang merupakan salah satu amal terbaik dan kunci surga. Begitu agung nilai birrul walidain hingga melebihi amalan jihad fi sabilillah. Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw.: ”Ya Rasulullah amalan apa yang paling dicintai Allah? Nabi saw. menjawab, ”Shalat pada waktunya.“ Sahabat bertanya lagi, “Kemudian apalagi ya Rasul ?” Nabi menjawab “Birrul walidain.” Sahabat bertanya lagi “Apalagi ya Rosul ?” Nabi menjawab, “Jihad Fisabilillah”.

Kita tahu bahwa jihad fisabilillah merupakan amalan yang paling mulia dan balasannya adalah surga, namun amalan tersebut (menurut Rasulullah saw.) masih di bawah birrul walidain. Mengapa demikian? Allah swt. berfirman: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.”(Q.S Al Ahqaaf:15)

Hak orang tua atas anaknya

1. Menaati mereka selama tidak mendurhakai Allah
Menaati kedua orang tua hukumnya wajib bagi seorang anak. Sebaliknya, haram hukumnya mendurhakai keduanya. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Isra di atas, bagi seorang anak tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai orang tua kecuali jika mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah atau mendurhakai-Nya.
Perintah Allah untuk berbuat baik kepada orang tua itu bersifat umum, mencakup hal-hal yang disukai oleh anak ataupun hal-hal yang tidak disukai oleh anak. Bahkan sampai-sampai dalam Al-Qur'an surat Luqman ayat 15, Allah memberi wasiat kepada para anak agar berbakti kepada kedua orang tuanya meskipun mereka adalah orang-orang yang kafir. 

2. Berbicara lemah lembut 
Berbicara dengan lemah lembut kepada keduanya,tidak boleh mengeraskan suara melebihi suara orang tua, tidak boleh juga berjalan di depan mereka, masuk dan keluar mendahului mereka, atau mendahului urusan mereka berdua. Rendahkanlah diri di hadapan mereka berdua dengan cara mendahulukan segala urusan mereka. Menghindari ucapan dan perbuatan yang dapat menyakiti hati kedua orang tua, walaupun dengan bahasa isyarat. Termasuk bentuk bakti kepada kedua orang tua adalah senantiasa membuat mereka senang dengan melakukan apa yang mereka inginkan, selama hal itu tidak mendurhakai Allah swt.

3. Membuat keduanya ridha 
Dari Abdullah bin Amr, Rasulullah saw. bersabda, “Ridha Allah tergantung ridha kedua orang tua dan murka Allah tergantung murka kedua orang tua.” (H.R. Thabrani dan dishahihkan oleh Al-Albani).  Ada tiga orang yang doanya mustajab dan hal tersebut tidak perlu diragukan lagi. Tiga orang tersebut adalah doa orang yang teraniaya, doa orang yang sedang bepergian, dan doa orang tua untuk kebaikan anaknya. (H.R. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Al-Abani)

4.Tidak mencela keduanya tidak menyebabkan mereka dicela orang lain
Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa besar. Rasulullah saw.: “Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya. ”Para Sahabat bertanya: “Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya?” Beliau menjawab: “Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu orang itu membalas mencela ibunya.” (H.R. Bukhari no. 5973 dan Muslim no. 90, dari Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu)

5. Memenuhi kebutuhan hidupnya
“Dan apabila kalian menafkahkan harta, yang paling berhak menerimanya adalah orang tua, lalu karib kerabat yang terdekat.” (Q.S. Al-Baqarah: 215)

6. Jangan Mendurhakainya!
Mendurhakai orang tua adalah dosa besar. Dan berbuat durhaka terhadap ibu adalah dosa yang jauh lebih besar lagi. Melalui pelbagai penjelasan Islam tentang 'kewajiban kita' terhadap sang ibunda, kita dapat menyadari bahwa berbuat durhaka terhadapnya adalah sebuah tindakan paling memalukan yang dilakukan seorang anak berakal. Imam An-Nawawi menjelaskan, “Rasulullah saw. menyebutkan keharusan berbuat baik kepada ibu sebanyak tiga kali, baru pada kali yang keempat untuk sang ayah, karena kebanyakan sikap durhaka dilakukan seorang anak, justru terhadap ibunya (lihat Syarah Muslim).”

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan sikap durhaka terhadap ibu dan melarang mengabaikan orang yang hendak berhutang. Allah juga melarang menyebar kabar burung, terlalu banyak bertanya dan membuang-buang harta (H.R. Bukhari dan Muslim).”

Ibnu Hajar memberi penjelasan sebagai berikut, “Dalam hadits ini disebutkan 'sikap durhaka' terhadap ibu, karena perbuatan itu lebih mudah dilakukan terhadap seorang ibu. Sebab, ibu adalah wanita yang lemah. Selain itu, hadits ini juga memberi penekanan, bahwa berbuat baik kepada itu harus lebih didahulukan daripada berbuat baik kepada seorang ayah, baik itu melalui tutur kata yang lembut, atau limpahan cinta kasih yang mendalam (Lihat Fathul Baari V : 68).”

Ibnu Hajar Al-Asqalani juga menjelaskan, “Arti durhaka kepada orang tua yaitu melakukan perbuatan yang menyebabkan orang tua terganggu atau terusik, baik dalam bentuk ucapan ataupun amalan.” (Lihat Fathul Baari I: 420)

“Semua dosa itu akan Allah tunda hukumannya menurut kehendak-Nya sampai hari kiamat nanti, kecuali hukuman terhadap perbuatan zina dan durhaka kepada kedua orang tua atau memutuskan silaturahim, sesungguhnya Allah akan memperlihatkan kepada pelakunya di dunia sebelum datang kematian.” (H.R. Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrad).

Firman Allah berikut kiranya menjadi pengingat betapa jasa orang tua sangat besar dan tak terbalas : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Al-Israa : 24)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar